SEKILAS INFORMASI
: - Wednesday, 22-10-2025
  • 5 tahun yang lalu / Selamat datang di portal resmi MAN 1 Konawe Selatan MAN 1 Konawe Selatan Bisa, Maju dan Terdepan
Dari Api Revolusi Menuju Api Kolaborasi

Dari Api Revolusi Menunu Api Kolaborasi

“Pendidikan Berbasis Cinta dan Deep Learning”

Oleh Astuti, S.Pd. (Guru Sejarah MAN 1 Konsel)

Pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia dengan lantang menyatakan kemerdekaannya setelah ratusan tahun dijajah. Proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno dan Moh. Hatta bukan hanya deklarasi politik dan penanda lepasnya belenggu kolonialisme, tetapi pernyataan harga diri sebuah bangsa dan juga awal perjalanan panjang bangsa menuju cita-cita luhur: bersatu, berdaulat, rakyat sejahtera, Indonesia maju. Saat itu, para pendiri bangsa menyalakan “api revolusi” yang menyatukan rakyat dari Sabang sampai Merauke. Semangat para pejuang saat itu sederhana tetapi sangat dalam: membangun bangsa yang merdeka, adil, dan bermartabat.

Delapan dekade telah  berlalu, kini Indonesia bukan lagi bangsa terjajah, melainkan negara besar dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, ekonomi terbesar di Asia Tenggara berdasarkan total Produk Domestik Bruto (PDB), dan demokrasi terbesar ketiga di dunia. Namun, perjuangan tidak berhenti. Jika dulu musuh bangsa adalah penjajahan fisik, kini tantangan datang dalam bentuk ketimpangan pendidikan, rendahnya literasi, polarisasi sosial, hingga ancaman krisis moral di era digital.

Di sinilah pendidikan memainkan peran kunci. Kemerdekaan sejati hanya dapat diraih jika rakyat Indonesia merdeka secara berpikir, berilmu, dan berkarakter. Itulah sebabnya arah baru pendidikan Indonesia mengusung kurikulum berbasis deep learning dan kurikulum berbasis cinta (KBC) di madrasah.

Deep Learning: Dari Menghafal Menuju Memahami
Para pendiri bangsa menginginkan rakyat Indonesia menjadi cerdas. Namun, selama puluhan tahun, pendidikan sering terjebak dalam pola hafalan. Padahal, di abad ke-21 ini, dibutuhkan generasi yang kritis, kreatif, kolaboratif, dan adaptif.

Kurikulum deep learning hadir untuk menjawab tantangan itu. Ia mendorong siswa tidak sekadar mengingat fakta sejarah, tetapi memahami makna sejarah dan mampu mengaitkannya dengan realitas kekinian. Misalnya, mempelajari peristiwa Revolusi Kemerdekaan tidak hanya untuk mengenal tanggal dan tokoh, tetapi untuk menggali nilai keberanian, persatuan, dan inovasi yang relevan dalam menghadapi tantangan zaman digital.

Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi dangkal, melainkan bermakna dan berkelanjutan. Ini adalah bentuk perjuangan baru: revolusi pendidikan untuk mencetak generasi pembelajar sepanjang hayat.

Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Karakter di Madrasah
Selain kecerdasan intelektual, bangsa Indonesia membutuhkan kekuatan moral dan spiritual. Disinilah Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di madrasah mengambil peran. Konsep ini menekankan bahwa belajar bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga proses menumbuhkan cinta:

  • Cinta pada Tuhan sebagai sumber nilai.
  • Cinta pada diri dan sesama manusia sebagai wujud kepedulian sosial.
  • Cinta pada ilmu sebagai jalan menuju kemajuan.
  • Cinta pada lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab..
  • Cinta pada bangsa dan tanah air sebagai bentuk nasionalisme.

Di tengah dunia yang makin individualis, KBC menjadi penyeimbang agar generasi muda Indonesia tumbuh dengan hati yang penuh kasih, jiwa yang lapang, dan semangat persaudaraan. Dengan begitu, pendidikan tidak hanya mencetak orang pintar, tetapi juga manusia yang berjiwa merdeka dan berhati mulia.

Bersatu, Berdaulat, Sejahtera, Maju
Jika menghubungkan sejarah bangsa Indonesia dengan pendidikan masa kini, tampak jelas bahwa api perjuangan 1945 harus diteruskan dalam bentuk perjuangan pendidikan. Bersatu bukan hanya berarti persatuan politik, melainkan juga kolaborasi antarpendidik, pemerintah, orang tua, dan siswa. Berdaulat bukan hanya kemandirian politik, tetapi juga kemandirian ilmu dan teknologi. Rakyat sejahtera hanya mungkin jika pendidikan menghasilkan generasi yang produktif dan inovatif. Indonesia maju akan terwujud jika pendidikan berbasis pemahaman mendalam (deep learning) dipadukan dengan nilai cinta sebagai fondasi moral.

Api Revolusi menuju Api Kolaborasi
Delapan puluh tahun yang lalu, api revolusi membakar semangat pemuda untuk merebut kemerdekaan. Hari ini, api itu harus bertransformasi menjadi api kolaborasi: sinergi antara sekolah, madrasah, masyarakat, dan negara untuk melahirkan generasi Indonesia Emas 2045.

Kemerdekaan bukan sekadar terbebas dari penjajah, melainkan juga terbebas dari kebodohan, kemiskinan, dan kebekuan berpikir. Dengan pendidikan yang berpijak pada cinta dan pemahaman mendalam, cita-cita para pendiri bangsa akan menemukan wujudnya: Indonesia yang benar-benar bersatu, berdaulat, rakyat sejahtera, dan maju di panggung dunia.

 

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80

Merdeka!

17 Agustus 2025

2 komentar

MAULANA AKBAR RIZKY, Thursday, 4 Sep 2025

Menurut saya artikel ini sangat bagus karena berhasil menghubungkan semangat perjuangan kemerdekaan dengan kehidupan kita sekarang, khususnya di dunia pendidikan. Dari artikel ini saya jadi paham bahwa semangat revolusi bisa kita lanjutkan lewat kolaborasi, kerja sama, dan semangat belajar bersama. Pesannya membuat saya termotivasi untuk lebih serius menuntut ilmu, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Artikelnya juga mudah dipahami dan sangat memotivasi.

Reply

Krimbidid, Friday, 5 Sep 2025

Merdeka

Reply

TINGGALKAN KOMENTAR

MAPS SEKOLAH

Agenda