SEKILAS INFORMASI
: - Sunday, 06-10-2024
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di portal resmi MAN 1 Konawe Selatan MAN 1 Konawe Selatan Bisa, Maju dan Terdepan
“Filosofi Air” Sebagai Filosofi Dasar Menjadi Seorang Guru

Tugas guru masa kini seyogyanya lebih mudah jika hanya dimaknai sebatas mentransfer ilmu pengetahuan. Dengan perkembangan teknologi, sumber-sumber belajar tersedia kapan pun dan dimana pun. Aksesibilitas sumber belajar mengisyaratkan bahwa batasan antara yang belajar dengan sipebelajar hampir tidak ada lagi. Jika hal ini dieksploitasi oleh guru maka tugas guru akan selesai ketika sumber belajar yang siap saji tersebut masuk di ruang-ruang belajar online siswa. Namun, konsekuensi logis dari sikap ini adalah akan meningkatkan degradasi moral  siswa yang berujung pada rendahnya penghargaan siswa terhadap guru

Sering kali kita mendengar jawaban yang mengecewakan dari siswa “Saya belajar tergantung pada gurunya”. Sebagai sebuah jawaban, sesungguhnya secara tersirat memberikan makna reflektif bagi guru. Namun, di lain pihak jawaban tersebut mengandung makna dikotomi. Implikasinya melahirkan kategorisasi guru yang berdampak pada penerimaan siswa terhadap guru.

Filosofi air harus tetap menjadi filosofi dasar seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Walaupun bertindak sebagai unsur dominan di bumi, namun air bersifat lembut tetapi amat perkasa. Dalam menjalankan tugasnya, guru harus mengutamakan kelembutan hati yang ditunjukkan dengan menjadi guru yang terbuka. Sikap keterbukaan diri dapat mengantarkan guru untuk menerima berbagai karakteristik peserta didik. Pada akhirnya, guru dapat menemukenali potensi peserta didik dari rasa welas asih yang dalam.

Filosofi air selalu mengalir ke bawah

Siswa bukanlah selembar kertas putih yang kosong. Di dalam diri setiap siswa ada karakteristik dan potensi yang berbeda yang harus diperhatikan oleh guru. Oleh karena itu, selama kegiatan pembelajaran guru perlu bertindak secara responsif. Guru harus mampu mendiagnosa kesulitan belajar siswa sehingga Ia dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran tidak boleh hanya menyasar siswa yang dianggap mampu sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran terabaikan. Justru pada siswa yang mengalami kesulitan belajar perlu segera mendapatkan bimbingan atau perlu dijelaskan ulang instruksi tugas yang belum dipahami dengan bahasa yang mudah dipahami.

Filosofi air tidak pernah memaksa

Air hanya mengikis pelan-pelan, namun tidak memaksa. Filosofi ini dapat diterapkan oleh guru dalam mengelola pembelajaran. Belajar harus bertahap, terperinci dan runtut. Hasil belajar yang diyakini sebagai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan merupakan sebuah proses yang harus dihargai. Dalam proses pembelajaran guru tidak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan tanpa perencanaan yang matang.

Guru harus menyadari bahwa setiap siswa memiliki model gaya pembelajaran yang berbeda-beda. Implikasinya adalah mereka akan menggunakan pengalaman belajar dalam cara yang berbeda. Tidak ada seorang pun siswa yang “buruk”, “bodoh”, “bebal”, “malas” atau “tidak bagus dalam matematika”. Guru harus memiliki optimis tentang siswa tersebut dan potensinya.

Filosofi air selalu mencari celah

Jika dianalogikan dengan tugas guru, makna air selalu mencari celah dapat diartikan bahwa guru harus pantang menyerah dalam menyikapi dinamika perkembangan karakteristik siswa dan teknologi dalam dunia pendidikan. Salah satu caranya adalah aktif merancang pembelajaran inovatif.  Integrasi kecakapan abad 21 dan dunia digital dengan unsur-unsur pembelajaran harus bersifat terpadu. Artinya, ketika guru meyakini bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan melibatkan dunia digital maka semua tahapan pembelajaran  harus betul-betul menggunakan teknologi sebagai instrumen utamanya. Dengan demikian, tidak ada celah bagi siswa untuk melakukan aktivitas lain dalam dunia digital selain melakukan aktivitas yang mendukung proses pembelajarannya.

Perkembangan teknologi harus diakui sangat mempengaruhi perubahan pola pikir dan perilaku siswa. Fenomena ini tidak hanya merubah apa yang dipelajari namun mengubah bagaimana siswa masa kini belajar. Secara umum, siswa masa kini menyukai kebebasan dalam belajar. Siswa cenderung menyukai hal-hal baru yang praktis yang disediakan langsung oleh jaringan internet. Akibatnya, siswa memiliki rentang perhatian yang pendek. Mereka lebih senang membangun eksistensi di media sosial seperti instagram dibandingkan dengan membangun komunitas belajar.

Bagi guru, kebiasaan belajar baru tersebut harus dilihat sebagai objek belajar kekinian dalam dunia pendidikan. Walaupun hidup dalam zaman yang berbeda dengan siswa, guru harus tetap memacu dirinya untuk terus belajar baik secara otodidak maupun melalui diklat. Jangan sampai, efektifitas pembelajaran di kelas kurang maksimal dikarenakan ada gap literasi digital yang cukup jauh antara guru dan siswa.

Filosofi air menampung segalanya

Dalam kehidupan sehari-hari, air bersifat netral. Demikian halnya seorang guru. Segala karakter yang dimiliki oleh siswa harus diterima tanpa keluh kesah. Kehadiran siswa di sekolah tidak bisa dilepaskan dari personality mereka. Banyak siswa yang tampak murung di sekolah. Sebaliknya, tak sedikit siswa yang meluapkan kesenangannya secara berlebihan. Dua kondisi ini harus dikelola secara bijak oleh guru tanpa memberikan pelabelan apapun.

Kecenderungan mengelompokkan dan memberi label dengan tujuan memberi efek jera bagi siswa harus mulai diminimalisir oleh guru. Apalagi memberi phunisment secara fisik kepada siswa atas ketidakmampuannya dalam belajar. Phunisment dalam dunia pendidikan sah-sah saja jika berkaitan dengan perilaku dan karakter siswa karena secara konseptual phunisment bertujuan untuk menunjukkan kebenaran suatu perilaku bukan judgedment bisa tidaknya seorang siswa dalam belajar.

Guru harus mampu memecahkan kebekuan yang sering muncul antara mereka dan siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan misalnya dengan mengobrol secara informal, cerita lelucon, berpantun kekinian, mengintegrasikan trend media sosial dalam pembelajaran, melibatkan diri dalam kegiatan siswa dan mengakui hasil karya siswa.

Berkaitan dengan filosofi ini, guru dituntut harus memiliki sikap empati. Ketika ada siswa yang membutuhkan perhatian maka guru harus mampu merasakan seperti apa perasaan siswa tersebut. Guru harus meninggalkan kepura-puraan dan kepalsuan dalam hubungannya dengan siswa. Ia mesti membangun hubungan yang jujur dan tulus dengan siswa. Sikap ini dapat diwujudkan dengan memberikan penghargaan positif tanpa syarat yang dapat diartikan menerima dan menghargai siswa apa adanya, dengan semua kesalahan mereka, tanpa ingin mengubah mereka.

Akhirnya,,,

Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2023 untuk semua guru-guru hebat di seluruh pelosok tanah air. Makna tema Hari Guru Nasional Tahun 2023“ Guru Pembelajar, Bahagia Mengajar” dapat terwujud jika guru sering melakukan tindakan reflektif. Aktivitas tersebut akan mengantarkan guru menyadari kelemahannya dalam pembelajaran sehingga secara sadar ia akan mencari celah bagaimana memecahkan masalah tersebut.

Keseringan guru dalam melakukan refleksi akan berdampak terhadap performancenya dalam kelas. Ia akan menjadi sosok profil guru yang efektif. Bagi siswa, mungkin guru tersebutlah yang menjadi guru memesona yang menginspirasi mereka. Karakter yang dimilikinya selalu penuh semangat, canggih, humoris, cerdas membuat analogi dan metafora dan memahami konteks berpikir siswa. Guru memesona akan menjadi teman dan mitra belajar bagi siswa

Penulis: Zulham Alfari, S.Pd., M.Pd.

2 komentar

Andri, Friday, 24 Nov 2023

Keren tulisanya

Reply

Rusdin, S. Pd. I., M. Pd, Saturday, 25 Nov 2023

Tulisan yang sangat baik, semoga menjadi inspirasi bagi semua guru. Selamat Hari Guru Nasional 2023

Reply

TINGGALKAN KOMENTAR

MAPS SEKOLAH

Agenda