SEKILAS INFORMASI
: - Thursday, 12-12-2024
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di portal resmi MAN 1 Konawe Selatan MAN 1 Konawe Selatan Bisa, Maju dan Terdepan
Literasi Digital dalam Pembelajaran Daring

Pentingnya Keterampilan Literasi Digital dalam Pembelajaran Daring

Oleh: Zulham Alfari

  1. Pendahuluan

Revolusi industri 4. 0 yang membawa banyak perubahan perlu disikapi sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi. Di era revolusi industri 4.0 setiap orang dituntut memiliki semua aspek kompetensi agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Salah satunya adalah kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang mampu menggunakan pengetahuannya secara cerdas dan kritis akan menjadi tonggak utama dalam pegembangan sumber daya manusia menuju Indonesia maju. Kemampuan berpikir cerdas dan kritis akan memudahkan masyarakat dalam menanggulangi penyesatan informasi (hoax)

Penyebaran hoax merupakan tantangan baru semua negara dalam pesatnya perkembangan kemajuan teknologi dan informasi. Di Indonesia sendiri akhir-akhir ini kasus hoax menjadi timeline banyak media ternama Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informasi merilis bahwa kasus perkembangan hoax di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Media yang paling banyak digunakan sebagai penyebaran berita hoax dapat dilihat pada diagram berikut:

Sumber:https://kaltim.tribunews.com

Fakta lain yang mencengangkan adalah kelompok usia pelajar (17-21) tahun sudah memiliki kecenderungan dalam menyebarkan hoax walaupun masih tergolong rendah (Www.Kompas.com.2019). Hal ini perlu disikapi serius oleh lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan termasuk MAN 1 Konawe Selatan. Dampak penyebaran hoax perlu ditanamkan sejak dini dari dalam diri siswa. Penyebaran hoax merupakan indikasi bahwa mayoritas pengguna internet memiliki keterampilan literasi digital yang rendah

Selain itu, lingkungan digital dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar utama dalam masa pembelajaran daring. MAN 1 Konawe Selatan melakukan inovasi kegiatan pembelajaran daring dengan memanfaatkan platform digital tersebut. Misalnya, adalah WhatsApp, Google Classroom dan E-Learning Madrasah. Peran guru selama pandemi Covid-19 lebih dominan sebagai penyaji masalah pembelajaran dibandingkan sebagai penyaji materi. Dalam mengkonstruksi pengetahuannya siswa lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan digital. Kondisi ini menuntut kemandirian belajar yang tinggi dari siswa.

 

  1. Studi Literatur

Literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga ia dapat menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dengan tetap memperhatikan keamanan elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang (Akbar & Anggaraeni, 2017). Karena berkaitan dengan aktivitas sosial, literasi digital menekankan pentingnya sikap dan kesadaran seseorang dalam menggunakan internet untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan berekspresi dalam kegiatan sosial untuk tujuan yang diingankan (Zein, 2019).

Literasi digital sangat penting dalam dunia pendidikan. Dan akan lebih penting lagi ketika siswa berada dalam dunia profesional. Peran literasi digital bagi siswa adalah memudahkan interaksi siswa, memperkaya pengetahuan siswa dari berbagai sumber, menggunakan informasi dengan cara yang cepat dan mampu melahirkan berbagai inovasi (Yahya, 2019). Literasi digital bukan sekedar dapat menekan berbagai tombol dalam mengoperasikan media komunikasi elektronik tetapi yang lebih utama adalah cakupan penguasaan ide-ide (Gilster, 1997). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ketika berinteraksi dengan dunia digital akan terjadi proses berpikir secara kritis.

Beberapa pendapat di atas, menunjukkan pentingnya literasi digital bagi setiap individu termasuk siswa. Siswa yang berliterasi digital mampu untuk: (a) menggunakan dunia digital sebagai alat untuk belajar baik secara akademik maupun nonakademik; (b) menggunakan dunia digital untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi sebagai bahan diskusi ilmiah; (c) memahami secara mendasar tentang etika/hukum seputar akses dan penggunaan dunia digital (Trilling & Fadel, 2009).

Empat kompetensi yang perlu dimiliki seseorang sehingga dapat dikatakan berliterasi digital antara lain:

  1. Pencarian internet (internet searching), berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan internet dan melakukan berbagai aktivitas didalamnya.
  2. Pandu arah hypertext (hypertextual navigation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami lingkungan digital
  3. Evaluasi konten informasi (content evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis dan memberikan pertimbangan terhadap kesahihan dan kelengkapan informasi yang dikunjungi maupun yang diperoleh dari dunia digital lainnya.
  4. Penyusunan pengetahuan (knowledge assembly), berkaitan dengan kemampuan untuk mengkonstruksi, mengumpulkan dan mengevaluasi fakta dari suatu kumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
  5. Pembagian Informasi (share Information), berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam membagikan informasi yang penting kepada orang lain.

(Gilster, 1997)

 

  1. Pembahasan

Pembelajaran daring menutut siswa untuk mandiri dan kolaboratif. Siswa tidak tergantung lagi pada guru sebagai sumber belajar utama melainkan siswa melakukan penggalian informasi dari berbagai sumber sehingga kemungkinan akan semakin memperkaya pengetahuan mereka. Belajar tidak dibatasi pada kemauan orang lain tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuanya.  Oleh karena itu, siswa perlu memiliki kemampuan untuk mengelola platform digital sebagai sumber pembelajaran. Karena sumber-sumber belajar tersebut tersedia di berbagai situs web.

Pembelajaran online menuntut siswa untuk berliterasi digital. Literasi digital bukan berarti menggeser layar dan membaca online  atau berlangganan ebook saja. Tetapi lebih luas dari itu. Kemampuan literasi digital merupakan kemampuan untuk menggunakan teknologi komunikasi dan informasi untuk menemukan, mengevaluasi, membuat dan mengkomunikasikan informasi yang membutuhkan kemampuan kognitif dan keterampilan teknis (ALA, 2016). Kemampuan literasi digital sangat penting bagi siswa mengingat tingginya kebutuhan internet sebagai sumber utama dalam pembelajaran. Siswa yang berliterasi digital mampu untuk menemukan konten dan melakukan sharing informasi untuk membantu kebutuhan belajarnya.

Upaya untuk mengetahui keterampilan literasi digital siswa MAN 1 Konawe Selatan dilakukan dengan membagikan angket keterampilan literasi digital kepada siswa kelas XII yang telah menggunakan HP selama kurang lebih 1 tahun. Berdasarkan kriteria ini, diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Profil keterampilan literasi digital tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 1. Distribusi Persentase Keterampilan Literasi Digital

Berdasarkan Diagram 1 tampak bahwa mayoritas siswa memiliki kemampuan literasi digital yang sedang. Artinya bahwa, siswa mampu memanfaatkan platform digital untuk mengevaluasi informasi dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan secara mandiri kemudian dikomunikasikan baik secara lisan maupun tulisan. Peran guru dalam kondisi ini hanyalah sebatas pemberi penguatan secara terbatas. Guru hanya memberikan bantuan secara terstruktur untuk merangsang siswa melakukan pencarian di internet.

Keterampilan literasi digital tidak bisa hanya dilihat berdasarkan distribusi persentase banyaknya siswa berdasarkan indikator. Aspek lain yang dapat dilihat adalah rata-rata dari tiap indikator.

Diagram 2. Perbandingan Nilai Rata-Rata Keterampilan Literasi Digital

Tiap Indikator

Diagram perbandingan nilai rata-rata di atas menunjukan bahwa walaupun mayoritas siswa memiliki keterampilan literasi digital sedang tetapi pada indikator  knowledge assembly masih rendah dibandingkan dengan indikator lain. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan literasi digital belum digunakan untuk membantu kegiatan pembelajarannya. Ketika siswa diberikan masalah yang berbeda dengan google siswa masih sulit menyusun pengetahuan untuk  menyelesaikan masalah tersebut. Siswa belum mampu untuk menemukan dan menghubungkan kata kunci pencarian. Indikator share information menempati nilai rata-rata terendah kedua. Artinya informasi yang dibagikan merupakan hasil evaluasi dari konten-konten di internet. Sesuai dengan pola penyebaran hoax, nilai rata-rata share information dan evaluation konten yang diperoleh siswa kelas XII MAN 1 Konawe Selatan menunjukan kecenderungan menyebar hoax yang rendah.

Akses internet menyasar semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan hasil survei BPS tahun 2018, persentase pengguna internet permpuan hanya sebesar 37,49%. Sedangkan pengguna laki-laki mencapai 42,31%. Jumlah ini 39,9% dari jumlah total penduduk Indonesia. Di kelas XII MAN 1 Konawe Selatan, keterampilan literasi digital berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Diagram 3. Perbandingan Nilai Rata-Rata Keterampilan Literasi Digital 

Berdasarkan Jenis Kelamin

 

Berdasarkan Diagram 3 di atas, keterampilan literasi digital siswa berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh The Conversation pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia adalah perempuan. Hasil penelitian lain dari The Conversation menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan lingkungan digital maka semakin tinggi kecenderungan menyebarkan hoax. Tetapi dalam konteks kegiatan pembelajaran seharusnya semakin sering menggunakan lingkungan digital maka semakin bertambah pula pengetahuan (Myori dkk, 2019). Hal ini kontradiksi dengan fakta yang terdapat pada kelas XII MAN 1 Konawe Selatan sebagaimana yang ditunjukkan dalam diagram berikut:

Diagram 4. Perbandingan Nilai Rata-Rata Keterampilan Literasi Digital

Berdasarkan Indikator dan Jenis Kelamin

Diagram perbandingan nilai rata-rata keterampilan literasi digital berdasarkan indikator dan jenis kelamin dapat dilihat bahwa baik siswa laki-laki maupun perempuan memiliki keterampilan literasi digital tergolong rendah pada indikator knowledge assembly dibandingan dengan indikator lain. Artinya bahwa baik siswa laki-laki maupun perempuan belum memanfaatkan keterampilan lterasi digital untuk kegiatan pembelajaran. Tetapi siswa laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Maghferat & Stock pada tahun 2010 yang menunjukan bahwa laki-laki lebih cenderung agresif dalam mencari informasi di internet terlepas tugas tugas tersebut benar atau salah. Sedangkan perempuan cenderung lebih hati-hati dalam mencari informasi dan memprioritaskan kebenaran dari tugas tersebut.

Keterampilan literasi digital membantu siswa dalam belajar selama masa pembelajaran daring. Siswa yang memiliki keterampilan literasi digital yang baik memiliki keluwesan dalam belajar. Sebab, sumber belajar dari internet dapat dibandingkan sehingga informasi yang ada didalamnya dapat diseleksi sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Keterampilan literasi digital juga menjadi pembiasan siswa dalam memerangi hoax. Artinya bahwa masa pembelajaran daring dapat dimanfaatkan sebagai latihan bagi siswa dalam mengenal sumber belajar yang legal dan illegal.

 

  1. Simpulan

Keterampilan literasi digital sangat penting dalam masa pembelajaran daring. Sebab, lingkungan belajar siswa. lebih banyak bersentuhan dengan dunia digital. Keterampilan literasi digital yang sangat penting dalam masa pembelajaran daring adalah penyusunan pengetahuan (knowledge assembly). Keterampilan ini menginginkan siswa untuk menemukan, menghubungkan, dan mengkonstruksi pengetahuan yang bersumber dari berbagai sumber belajar yang tersedia di internet menjadi pengetahuannya sendiri. Guru hanya berperan sebagai pemberi penguatan seacara terbatas.

Keterampilan literasi digital siswa kelas XII MAN 1 Konawe Selatan berdasarkan perbandingan nilai rata-rata tergolong sedang. Sedangkan, berdasarkan jenis kelamin siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.  Secara keseluruhan, baik siswa laki-laki maupun perempuan masih kurang memanfaatkan keterampilan literasi digital dalam kegiatan belajar. Siswa cenderung lebih senang  untuk melakukan pencarian internet baik untuk media sosial maupun kegiatan lainnya.

 

  1. Daftar Pustaka

 

Akbar, M. F., & Anggaraeni, F. D. (2017). Teknologi dalam pendidikan: Literasi digital dan self-directed learning pada mahasiswa skripsi. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi2(1).

 

Gilster, P., & Glister, P. (1997). Digital literacy. New York: Wiley Computer Pub..

 

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/25/survei-2018-pengguna-internet-didominasi-laki-laki. Diakses pada 05 Desember 2020

 

https://kaltim.tribunnews.com/2017/06/29/facebook-masih-jadi-medsos-terbesar-jumlah pengguna-tembus-2-juta-termasuk-anda. Diakses pada 05 Desember 2020

 

https://sains.kompas.com/read/2019/02/20/120600623/studi–tua-muda-sama-saja-orang-indonesia-suka-sebar-hoaks?page=all. Diakses pada 05 Desember 2020

 

https://www.renaissance.com/2019/02/08/blog-digital-literacy-why-does-it-matter/#:~:text=The%20American%20Library%20Association%20(ALA,both%20cognitive%20and%20technical%20skills.%E2%80%9D. Diakses pada 05 Desember 2020

 

https://www.westernsydney.edu.au/studysmart/home/study_skills_guides/digital_literacy/what_is_digital_literacy. Diakses pada 05 Desember 2020

Maghferat, P., & Stock, W. G. (2010). Gender-specific information search behavior. Webology7(3).

 

Myori, D. E., Chaniago, K., Hidayat, R., Eliza, F., & Fadli, R. (2019). Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android. JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)5(2), 102-109.

 

Trilling, B., & Fadel, C. (2010). 21st century skills: Learning for life in our times. Teacher Librarian37(4), 74.

 

Yahya, I. M. (2019). Literasi Media Digital Sebagai Strategi Peningkatan Kompetensi Digital Pada Siswa Sma Negeri 1 Mayong (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

 

Zein, M. F. (2019). Panduan Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial. Mohamad Fadhilah Zein.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

MAPS SEKOLAH

Agenda