Matematika sekolah merupakan matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah dan melakukan tugas tertentu. Walaupun demikian, matematika sekolah tidak terlepas dari karakteristik matematika yang bersifat abstrak (Rahmah,2021). Konten dari matematika sekolah sudah memuat objek atau simbol-simbol yang tidak ada dalam kehidupan nyata.
Keabstrakan matematika tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran matematika. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika karena dianggap kurang bermakna dan tidak memiliki relevansi dengan kehidupan nyata (Jenning & Dune, 2019). Oleh karena itu, diperlukan suatu alat peraga untuk menjembatani keabstrakan matematika tersebut. Alat peraga tersebut dapat berfungsi untuk mengenalkan konsep atau merepresentasikan suatu konsep.
Salah satu materi yang membutuhkan alat peraga adalah jarak dalam bangun ruang. Konstruksi materi berupa jarak antartitik, jarak titik ke garis maupun jarak titik ke bidang dalam bangun ruang tidak cukup hanya direpresentasikan dengan gambar semata. Jika hanya dengan menggunakan gambar penyajian konsepnya menjadi tidak jelas karena keterbatasan sudut pandang yang dialami oleh siswa. Siswa hanya mengamati dari satu sudut pandang sehingga peluang untuk menemukan bagaimana jarak antartitik, jarak titik ke garis maupun jarak titik ke bidang dalam bangun ruang dikonstruksi sangat kecil. Keluasan sudut pandang siswa terhadap alat peraga bangun ruang dapat membantu siswa untuk menemukan unsur-unsur apa yang terbentuk dalam proses menemukan konsep. Unsur-unsur tersebut dapat dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa sebagai apersepsi dalam materi ini. Misalnya, dalam alat peraga balok. Siswa diminta untuk menarik tali dari salah satu titik pojok tutup balok ke titik pojok terjauh maka yang terbentuk adalah segitiga siku-siku. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengetahui kembali pengetahuan siswa tentang segitiga siku-siku. Selanjutnya, guru mengeksplorasi bagaimana kemampuan siswa dalam menghubungkan segitiga siku-siku yang terbentuk dengan jarak antartitik pojok tersebut
Manfaat lain dari penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika adalah mengurangi metode pembelajaran yang bersifat verbalisme. Hal ini sesuai dengan karakteristik generasi z yang lebih menyukai belajar dengan learning by doing dan terlibat secara langsung dalam mengkonstruksi konsep dibandingkan hanya sebagai objek pembelajaran (Sumardianta, 2018). Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa dilibatkan sejak awal dalam pembuatan alat peraga bangun ruang.
Untuk membiasakan siswa bersikap ilmiah segala aktivitas siswa dalam pembelajaran kali ini dilaporkan dalam bentuk video berbasis literasi dan numerasi. Guru hanya menyiapkan petunjuk penyusunan laporan selebihnya muatan konten video menjadi kreativitas siswa sendiri.
Referensi:
Jennings, J. N. (2019). On the orientation of parabolic or U-dunes. The Geographical Journal, 123(4), 474-480.
Rahmah, N. (2021). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1-10.
Sumardianta, J., & Aw, W. K. (2018). Mendidik Generasi Z Dan A. Gramedia Widiasarana Indonesia.
- Video XII IPA 1
- Video XII IPA 2