
Oleh : Sarfilawati, S.Pd (Guru Sejarah Kebudayaan Islam)
Di era digital yang sangat berkembang pesat tentu merupakan hal positif bagi kemajuan suatu bangsa, tapi bagai dua sisi mata pisau tentunya hal tersebut juga memiliki dampak negatif. Tantangan yang kita hadapi cukup besar sehingga kita dituntut mampu memfilter info yang kita dapat di era digital saat ini. Banyak akses media sosial seperti Facebook, X/Twitter, Instagram, thread, dan Tiktok. Membawa pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, serta dapat memicu krisis identitas dikalangan Generasi z. Keseringan mengonsumsi trend media sosial menuntut mereka harus update segala trend yang sedang viral yang dalam istilahnya FOMO ( Fear of Missing Out ), disisi lain hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas apalagi bagi kita seorang muslim kurangnya beribadah, bersosialisasi dan tekanan untuk mengikuti trend yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Generasi z, yang juga dikenal sebagai iGen, adalah kelompok demografis yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh dalam dilingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi. Generasi z banyak menghadapi tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam dan budaya tengah era gital yang sedang kita hadapi sekarang. Dalam konteks global, banyak negara mengalami peningkatan Islamofobia. Stereotip negatif tentang Islam, terutama di media Barat, menjadi tantangan besar bagi Generasi z Muslim yang tinggal di negara-negara dengan mayoritas non-Muslim. Mereka sering kali harus menghadapi diskriminasi atau prasangka buruk, yang memaksa mereka untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka sebagai Muslim dan menjelaskan Islam dengan cara yang damai dan inklusif.
Budaya barat masuk dengan pesatnya. Konten media sosial yang berasal dari luar negeri seringkali dianggap lebih menarik dan relavan, dalam hal ini kita ambil contoh budaya K-Pop dan K-Drama sangat banyak diminat dikalangan generasi z, mulai dari bahasa, makan, tradisi hampir semua yang berkaitan dengan budaya korea selatan sangat dihafal berbeda dengan budaya lokal sering kali tersisih dan kurang mendapat perhatian. Jika hal ini terus menerus terjadi akan sangat berdampak dan perlahan-lahan budaya lokal yang telah ada sejak dahulu hilang terkikis arus globalisasi modern. Promosi budaya lokal yang kurang menarik dan tidak adaptif terhadap perkembangan zaman juga menjadi kendala. Acara budaya yang diselenggarakan dengan cara tradisional yang mungkin tidak menarik bagi generasi z. Dibutuhkan inovasi dalam cara memperkenalkan serta mempromosikan budaya lokal dengan konten digital yang kreatif dan interaktif, jika budaya barat bisa dipromosikan dengan baik mengapa budaya lokal kita tidak bisa?
Dengan pengenalan dan penguatan pendidikan agama yang berbasis akhlak dan iman. Menfaatkan teknologi secara baik dan bijak, serta peran orang tua yang mendukung, tantangan-tantangan ini dapat kita atasi. Islam memberikan solusi yang komprhensif untuk membangun karakter, memperkuat iman, dan menjaga akhlak dan identitas sebagai seorang muslim yang sejati. Generasi z merupakan aset masa depan yang harus dijaga dan dibina dengan baik agar tidak terjerumus dalam pengaruh media sosial. Melalui pendidikan dan pembinaan yang sesuai dengan ajaran Islam, kita mengharapkan generasi z bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga meiliki adab yang mulia serta siap menghadapi tantangan zaman yang semakin modern dan serba teknologi ini. Jangan sampai nilai-nilai Islam dan budaya yang kita pegang teguh selama ini runtuh disebabkan oleh diri kita yang tidak mampu beradaptasi dengan zaman.
